life is coice
Senin, 29 Oktober 2012
tentang sound card:
tentang sound card: kurang baguz gan,,,,tolong di bagusin lagi la
ok..saya yakin anda bisa ...........................jagan kalah ama yang laen
ok..saya yakin anda bisa ...........................jagan kalah ama yang laen
Sabtu, 29 September 2012
Jumat, 14 September 2012
Hidup itu pilihan
Bahasa Ekspresi Tutur
BET adalah
singkatan dari bahasa ekspresi tutur yang jika diurai berasal dari akar kata
berbeda yakni bahasa ekspresi tutur. Bahasa secara sederhana adalah alat
berkomunikasi dan ekspresi adalah wujud aktif yang dapat ditinjau langsung
dalam komunikasi baik itu ekspresi wajah ataukah dalam ranah lain maksud
seorang pembicara. Serta tutur adalah proses pertama pada sebuah komunikasi
yang di jabarkan dari seorang komunikan dalam bentuk pengirim informasi atau
dengan kata lain pihak pertama dalam berkomunikasi. Bahasa ekspresi tutur ini
kemudian banayk diteliti oleh pakar-pakar linguistic. Noam Chomsky misalnya
dalam tulisannya mengurai ekspresi tutur bejat kalang elit politik di Amerika
pada saat itu.
Bahasa adalah
sesuatu yang dinamis bergerak dari generasi ke generasi secara pragmatis.
Prgamatis dalam hal ini jika ditilik dari sisi penyampaian ekspresi tutur. Serupa
dengan budaya-budaya lainnya dalam suatu generasi, bahasa juga akan menciptakan gradasi
perbedaan dari generasi ke generasi lainnya. Ungkapan “language goes as society
go” pada faktanya bisa dibenarkan. Dalam studi semantic misalnya yang mengkaji
makna bahasa menemukan fakta-fakta empiric bahwa bahasa harus selalu
berkorelasi dengan budaya suatu kaum yang terus bergerka dinamis.
Lebih jauh lagi
di Barat sana dikenal istilah generasi manusia. Dalam beberapa referensi
generasi ini dikelompokkan berdasarkan tahun kelahiran yakni Pre Baby Boomer
(lahir 1945 dan sebelumnya), The Baby Boom (lahir antara 1946-1964), The Baby
Bust (lahir antara 1965-1976)-generasi X, Generasi Y (lahir antara 1977-1997),
dan generasi Z/ generasi net (lahir antara 1998-kini). Generasi ini kemudian
berbeda dalam budaya hidup, yang tampak sangat jelas adalah perjalanan
teknologi “sophisticate” dalam tiap generasi, sehingga memungkinkan pula
generasi ini di tinjau berdasarkan peralatan hidup tiap generasinya.
Sebutlah
Indonesia yang tertinggal sekitar 10-15 tahun dari segi peradaban memungkinkan
tinjauan berbeda akan generasi tersebut, dalam keadaan umur yang sama dengan di
dunia barat sana namun berbeda teknologi yang di gunakan. Di Indonesia generasi
Y terletak pada tahun 1990-2010 (di tinjau dati penyerapan teknologi) sehingga
dapat dikenal dengan istilah generasi millennia.
Di Indonesia
generasi yang ada sekarang adalah generasi millennia, meskipun di dunia barat
sana sudah terdapat generasi Z/generasi Net, penyebabnya adalah Indonesia 10-15
jauh lebih mudah dengan tinjaun teknologi. Generasi millennia ini secara umum
dapat dilihat dari karakter yang dimiliki, beberapa dari karakter itu yakni :
Generasi Y memiliki beberapa ciri-ciri
khusus di antaranya :
- Percaya diri dan optimis. Lebih terbuka dan menerima perubahan.
- Tidak sabaran karena terbiasa dengan hal instan, tak mau rugi dan banyak menuntut (ini dampak dari kepercayaan diri yang tinggi).
- Family centric/lebih dekat pada keluarganya. Generasi sebelumnya anak-anak seringkali ditinggalkan orang tua bekerja, sedang pada generasi Y, orang tua banyak meluangkan waktu bersama keluarga.
- Suka inovasi.
- Memiliki semangat yang besar.
- Tidak menyukai jadwal yang ribet dan detail dan birokratis
- Anytime-anywhere. Dimanapun kapanpun dapat menghasilkan sesuatu (ide atau produk) tanpa peduli norma tempat dan waktu. Misalnya mengerjakan pekerjaan kantor menggunakan laptop+internet dari kafe atau di rumah sambil sarungan.
- Cara berkomunikasi. Lebih nyaman menggunakan media berbasis teknologi.
- Bagaimana mencari informasi atau belajar. Semua serba mudah dengan internet, guru tak lagi berposisi sebagai “tahu segalanya”. Semua yang ingin diketahui dapat dicari di Google.
- Ciri paling menonjol adalah mereka terbiasa hidup dengan teknologicanggih. Laptop, komputer, gadget adalah keseharian mereka sejak kecil
Menyoal
hubungan generasi millennia ini dengan
ekspresi tutur, terdapat hal yang sangat menarik . Dalam studi semantic pada
konteks (change of meaning), salah satu faktor penting berubahnya makna adalah
bahasa diturunkan secara bergenerasi lalu dalam suatu term terjadi miskonsep lalu dilanjutkan nocorrection. Kemungkinan ini
menghasilkan makna baru. Berhubungan dengan generasi millennia yang berbeda
dengan generasi sebelumnya yang ternyata menciptakan proses semantic tersebut.
Menariknya hal ini seolah-olah bukan ketidaksengajaan. Generasi millennia ini
mencoba menciptakan misconcept dan nocorrection secara terbalik. Maksudnya
adalah generasi ini mencoba menciptakan gaya berekspresi baru yang tidak
dimengerti oleh generasi sebelumnya. Misalnya dunia facebook, “nyokap lu tuh,
katro banget ndag ngerti dia, wkwkwkw” kutipan seperti ini sangatlah banyak,
jika diteliti, bahasa seperti ini adalah lawan dari generasi bahasa sebelumnya
dalam arti bahwa tidak dapat di pahami oleh generasi baby bust atau generasi
tradisonal. Fakta empiris ini terjadi akibat keinginan privasi genrasi
millennia. Sehingga bahasa seperti ini bisa menjadi pengibur terhadap generasi
ini. Panasea adalah istilah yang paling tepat mewakili fakta bertutur tersebut.
Lebih jau
lagi tentang panasea, panasea berasal dari kata panacea dalam bahasa inggris
berarti obat mujarab. Lalu jika dikaitkan dengan bahasa maka bisa dikatakab
bahwa bahasa panasea adalah bahasa pengobat, dengan term lain bahasa penghibur.
Bahasa facebook yang dimaksud sebelumnya bisa dimasukkan dalam ranah ini.
Bahasa faebook sangat lah sukar dimengerti oleh orang tua remaja-remaja pada
umumnya, hal ini menciptakan privasi bertutur ria atau komunikasi lepas
diantara generasi remaja ini. Sehingga dengan berkomunikasi seperti ini
mewujudkan hiburan tersendiri bagi generasi Y ini. Apakah karena mereka benci
dengan orang tua mereka atau karena apapun, lalu rasa tidak suka itu dilepaskan
dengan umpatan dsb., diucapkan dengan bahasa panasea (facebook). Panasea juga
biasnya dipake dalam bahasa motivator-motivator, bahasa sejenis ini berfungsi
penghibur. Didalamnya dapat digolongkan majas euphimisme mislnya, penghalusan
makna. Dsb.
Pada
tataran generasi berbahasa di Indonesia terkhusus pada peralihan generasi
tardisonal ke generasi millennia ternyata menciptakan gradasi yang sangat
kontras. Sebutlah masa orde lama, orde baru, dan orde reformasi. Perbedaan
bertutur akan kontras jika dipandang dari pemipin masing-masing masa. Soekarno,
Soeharto, Habibi, Gusdur, Megawati, SBY. Bertutur bisa juga dilihat secara high
conteks dan low conteks, haigh conteks biasanya digunakan pada tuturan-tuturan
yang bersifat double speak (Noam Chomsky) makna kepura-puran dan makna tuturan
tidak dapat langsung di tebak. Sebaliknya low conteks yakni bertutur apa adanya
mengena atau dalam istilahnya to do poin. Soekarno, Habibi, Gusdur menggunkan
bahasa low conteks, misalnya pada saat marah perbedaan bertutur ini akan sangat
tampak. Gusdur misalnya dengan bahasanya “begitu aja kok repot” ataukah
Soekarno yang begitu membara dalam tuturannya ketika sedang berpidato.
Soeharto, Megawati, SBY bisa di kategorikan bahasa high conteks. Soeharto
meskipun marah namun ketika membentak masih menggunakan tutur sarat penafsiran
misalnya pada saat menyuruh menghabiskan minuman segera berarti makan yang
dituturkan sebenarnya adalah usiran. Begitupun megawati dan SBY meskipun
terkadang SBY menggunakan bahasa low conteks , misalnya pada rapat menegur
peserta dengan teguran langsung, tetapi secara keseluruhan SBY dominan pada
high conteks, yang paling baru-baru ini pada pidato anti korupsi SBY mengungkapkan
istilah “cuci piring” yang kemudian menimbulkan berbagai tafsiran.
Dari
masa-masa itu yang perlu diberi perhatian khusus adalah bahasa tutur pada orde
baru dan orde reformasi. Sejarah mengatakan pada masa orde baru yang dipimpin
Soeharto, kebebasan menyatakan pendapat haram hukumnya. Sehingga tak satupun
media yang berani memberikan kritikan-kritikan terhadap gaya kepemimpinan saat
itu. Dampaknya ialah negara pada masa itu berada pada tahap jadi-jadian
maksudnya adalah namanya demokrasi tetapi jadinya otoriter. Bahasa ekspresi
tutur masyrakat pada masa itu betul-betul bungkam, sejarah tak mencatat banyak
kritikan masa itu, sejarah hanya menemukan Ekspresi tutur selepas jatuhnya orde
baru itu.
Sebaliknya,
setelah rezim Soeharto beralih ke tangan Habibi mena
Langganan:
Postingan (Atom)